Langsung ke konten utama

Flow#1 : Tuhan Tolong (Kembalikan aku)


“Nisyaaa… “ suara kakaku yang menggelegar di penjuru rumah ini tetap tak mengusikku yang tengah asyik tidur di kamar. Dan pastinya ini membuatnya marah serta geram terhadapku. Huuhh, biarlah sekali – kali mengerjai kakak perempuanku yang galakknya minta ampuun. Oh ya, perkenalkan, aku Listy Salsabila Nisya, biasa di panggil Nisya aja. dan seperti biasa, aku selalu di bangunkan pagi – pagi oleh kakak perempuanku yang bawel. Suruh cepetan inilah, itulah, blaa..blaa, dan banyak banget yang aku nggak ngerti. Padahal perbedaan usia kita hanya beberapa bulan aja, entah kita itu anak kembar atau bukan, aku nggak tahu, tapi yang jelas wajah kami sangat jelas- jelas berbeda.
Kakakku Naila Zulfia dan aku terbiasa memanggilnya Nene. Entah darimana, yang jelas dia nggak pernah keberatan dengan panggilan itu dariku. Dan sekali lagi Nene memanggilku dengan kencang dari luar.
“Nisyaa... bangun!!!“
Huuhh, aku tambah meringkuk di dalam selimut tebalku dan lagi – lagi tak menghiraukan panggilan Nene. Setelah teriakan ke dua kali dari Nene, sudah tak ada lagi teriakan berikutnya, biasanya Nene akan berteriak hingga puluhan kali, tapi kenapa pagi ini hanya 2 kali?? Aneh, pikirku.
“Ahh.. aman..“ Seruku lirih seraya membuka selimut.
“Apanya yang aman Nisya sayang?“, sontak aku terperanjat mendengar kalimat itu. Ternyata Nene sudah ada di kamarku, lengkap dengan peralatan mandi punyaku.
“Ehh. Oh. Eh, Nene, kapan masuk? Kok nggak kentuk pintu dulu ?“ jawabku asal.
“Kan nggak ada tulisannya noh di depan pintu kudu ketuk pintu dulu.”
“Hehehe, iya juga” cengirku.
“Udah sana buruan mandi. 15 menit lagi kita berangkat!” perintah Nene terhadapku yang masih mengantuk.
“Berangkaat? Kemana Ne? kok buru – buru? Sarapan aja belum aa..?“
“Udah, kagak ada sarap – sarapan! Buruan mandi, atau kamu, Nene tinggal di rumah sendirian tanpa uang saku !” Wah, Nene mulai deh ngancem lagi. Duuh, mana lagi kagak punya duit lagi kalo kagak ikut Nene. Duuh…mapus.
“Hmmm..iyaah deh. Tapi tunggu bentar ya..”
“Ingat! Cuma 15 menit. Nanti keburu telat kita.”
“Baweel!!”
Tanpa memperdulikan Nene lagi, segera ku sambar handuk dan peralatan mandiku yang tadi di bawa Nene dan segera masuk ke kamar mandi.

15 menit kemudian….
“Ne, ayo berangkat.” Ujarku pada Nene yang tengah membaca di ruang tengah.
“Yaa ampuun..Nisya! ngapain kamu pake baju kayak begituan?” aku melihat diriku, nggak ada yang salah dengan apa yang aku pakai hari ini. Hmm, memang sichh, agak – agak horror, tapi menurutku pantaslah.
“Pake bajulah. Emangnya pake karung.” Ujarku mulai ngaco.
“Tapi, jangan kayak gitu juga Ni’. Nggak malu apa pake baju kurang bahan gitu.” Celetuk Nene.
“Kurang bahan gimana? Orang modelnya gini kok. Lagi pula aku nggak malu pake pakaian kayak gini. Aku bangga kok. Jadi kelihatan tambah cantik, kata Pras.” Ups, keceplosan.
“Pras lagi!! Jadi kamu masih berhubungan sama dia? Kamu nggak dengerin aku ya !!” bentak Nene.
“Nene nggak berhak ngelarang aku berhubungan dengan siapapun. Ini duniaku, Ne. Ini hidupku!“ bentakku tak mau kalah.
“Iya Nisya. Nene emang nggak punya hak nglarang kamu, tapi ini semua demi kebaikan kamu.” Suara Nene mulai melemah. Huuh, aku benci seperti ini. Melankolis banget. Dan aku nggak suka.
“Kebaikan yang gimana lagi, Ne? toh, Pras itu oranya baik, perhatian, sayang sama aku daan dia juga serius denganku Ne.”
“Tapi dia nggak baik buat kamu Nisya.”
“Nggak baik gimana lagi? Pras itu setia padaku, Ne. Dia benar – benar ingin denganku selamanya. Makanya aku ingin memberikan semuanya untuk Pras. Titik!“
“Nisya, dia itu…”
“Cukup, Ne!!” potongku cepat. Aku muak dengan nasehat Nene. Semua cowok yang berhubungan dengaku, pasti Nene menentangnya dan memintaku putus dengan cowok – cowokku karena menurut Nene, mereka nggak baik buatku dan nggak akan pernah membuatku bahagia. Tapi, Nene salah. Buktinya Si Ririn yanng berhubungan dengan salah satu temannya Pras, si Egi aja selalu di bikin seneng sama si Egi, sampe – sampe aku ngiri.
“Aku nggak mau dengar nasehat Nene lagi!! Aku muak!“ sergahku cepat, dan segera berlari meninggalkan Nene.
Nisyaa.. dengerin Nene dulu.!!”
BRRRUUUAAAAAAKKKKK
Aku lagi – lagi membanting pintu kamar dan tak memperdulikan Nene. Aku memasukkan beberapa pakainku ke dalam tas ransel yang biasaku gunakan untuk kuliah. Secepat kilat. Dan segera berlari turun.
“Mau kemana Nisya..?” tanya Nene yang melihatku segera pergi.
“Bukan urusanmu!” ujarku kasar. Semoga saja tak menyakiti perasaannya. Tapi aku muak dengan semua aturannya.
“tapi Nisya….?”
“Aku pergi.. dan jangan cari lagi!!” segera aku berlari ke depan dan menyetop taxi yang ada, dan secepatnya pergi.

Di dalam taxi, aku melamunkan ucapan Nene dan ucapan Pras kemarin.huuhh..
“Mau kemana, mbak?” ucapan pak sopir itu mengejutkanku.
“Ehh.. ke apatemen cempaka aja Pak.” Ujarku mengingat nama apartemen milik Ririn.
Dan selama perjalanan aku hanya mampu terdiam.


Sesaat setelah kepergian Nisya, Naila mulai resah. Ia takut Nisya nekat dan tak lagi pulang. Di hubunginya nomor Nisya, tapi tetap nggak aktif hingga akhirnya ia keluar dan mencoba mencari Nisya. Dan Nisya sendiri yang masih di dalam taxi mulai keroncongan, karena pagi ini ia tak sempat sarapan. Duuh..laperr, batin Nisya.
“Mbak, sudah sampai.”
“Oh, iya pak. Tunggu sebentar ya, aku telpon temanku dulu, ada apa nggak orangnya.” Nisya mencoba menghubungi Ririn agak ia bisa minta tolong di bayari taxi, soalnya dia emang nggak bawa uang sepeser pun.
Dan nada sambung pun terdengar cukup lama, hingga..
Klik.
“Iya Ni’, gimana?” suara di ujung ponsel sana.
“Rin, gue  ada di depan apartemen Lo, Lo turun ya, sekalian tolong bawa duit ya, buat bayar taxi, hehehee, gua nggak bawa duit.” Pinta Nisya.
“Oh, iya, bentar..5 menit lagi ya gue turun.”
“Oke, thanks ya Rin.”
Klik. Telpon di putus, dan setelah 5 menit itu, turunlah Ririn dengan seorang cowok. Wuiih, cakep juga tu cowok, batin Nisya.
Ririn pun menemui Nisya dan segera mengajaknya masuk, tentunya setelah membayar ongkos taxi. Di depan pintu apartemen, Nisya coba memberanikan diri bertanya,
“Rin, tadi tu, cowok yang bareng sama Lo turun. Siapa? Cakep banget.”
“Oh, itu..temennya Egi, dia mampir tadi. Kenapa? Lo naksir? “
“Heheheehhee, nggak kok. Cuma tanya lagi.”
“Dasar Lo. Dah makan belom?”
“Belom lah.. makanya gue kesini tu mau minta makan sama Lo.”
“Enak aja, emangnya gue Mak Lo.”
“Hehehee, nggak pa-pa lah punya Mak kayak Lo Rin, udah cantik, baik, pinter masak dan …..” Nisya sengaja menghentikan ucapannya untuk membuat Ririn penasaran.
“Daann.. apa ?”
“Ada deh!”
“Huuh, dasar Lo. Iya udah ayo turun nyari makan.”
“Nah, emang Lo kagak masak Rin?”
“Masak air. Mau?”
“Ah, ogah.”
“Makanya kita nyari makan di luar aja, tadi gue nggak sempet masak. Oya, tumben Lo kesini sendirian, bawa ransel segala lagi. Mau pindah Lo?”
“Hehehehe, kagak kok. Gue kabur dari rumah.”
“Nah, kenapa?”
“Sumpek gue dengerin Nene ngoceh mulu, nggak tega sih sebenenya, tapi bikin bete mulu.”
“Iya udah. Trus, Lo mau kemana?”
“Numpang di apartemen Lo.”
“Gilaa Lo. Ntar di kira Nene, gue lagi yang nyulik Elu.”
“Kagak, tenang aja.”
“Yakin Lo?”
“Sssstt, diem ah!” seraya memonyongkan bibirnya ke depan. Sontak saja membuat Ririn tertawa terbahak – bahak dengan tingkah polah sahabatnya itu.
Mereka menuju salah satu mini market yang ada di sekitar apartemennya si Ririn, berbelanja sebentar sebalum akhirnya kembali ke apartemen untuk memasak. Dan Nisya benci menunggu lama. Maklum, udah kelaperan berat Boo..
@@@@@
“Rin, Lo mau kemana?” tanya Nisya yang baru keluar dari kamar mandi dan melihat Ririn sedang berdandan heboh.
“Hmm…”
“Rin, Lo mau kondangan yah..dandanan Lo kayak gitu?”
“Kagak.”
“Trus?”
“Trus? Nabrak donk Ni’.” Cengir Ririn.
“Gue serius Rin.”
“Hehehee..”
“Ah, sarap Lo, di tanya malah cengengesan gitu.”
“Jiaahh, ngambek nie anak.” Goda Ririn yang membuat Nisya tambah dongkol dan akhirnya memilih untuk diam. Dan mereka pun terdiam dengan pikiran masing – masing.
“Ni’, gue ntar pulang telat. Kalo Lo mau makan tinggal masak aja. Kalo mau jalan – jalan, Lo kunci ya. Nih kunci serep apartemen gue.”
“Nah, kenapa? Emangnya Lo mau kemana sih Rin? Kenpa kagak ngasih tahu gue gitu.”
“Acara penting sama Egi.”
“Oh, pantesan Lo dandan gitu?”
“Hu-um donk.”
“Iya udah, met berduaan ya Rin.”
“Bye, gue jalan dulu.”
“Okey.”
Sesaat setelah Ririn pergi, Nisya bingung mau ngapain lagi. Udah dia asing di sini. Kagak kenal siapa – siapa. Duh, bikin bete kalo sendirian gini, batin Nisya. “Ah, mending gue juga jalan sama Pras.” Pikirnya. Segera di raih ponsel yang semenjak tadi di cuekinnya di sisi tempat tidur.
Agak lama juga nggak di angkat. “Duh, lagi ngapain sih.” Batin Nisya.
“Hmm, hallo Sayang, ada apa?” suara agak serak menjawab.
“Say, jalan yuk.”
“Hmm?? Kamu nggak kuliah?”
“Nggak. Males.”
“Kenapa?”
“Ahh, ntar aku jelasin. Yang penting kita jalan dulu ya, plis..”
“Iya udah, kamu dimana?”
“Di apartemennya Ririn.”
“Oke, tunggu ya.”
“Bye sayang.”
Kliikk.
Nisya segera berdandan. Karena sebentar lagi ia akan berkencan dengan Pras. Dan tentu saja ia tak perlu berdandan cukup lama, karena Pras pasti akan tetap mencintainya dengan dandanannya yang biasa aja. Nggak perlu menorlah.
Tak lama kemudian, Pras sudah berdiri di depan pintu apartemen Ririn, dan tengah melihat aksi Nisya berdandan. Kemudian langsung saja Pras masuk dan memeluk Nisya dari belakang hingga membuat Nisya kaget.
“Astaga… kapan datang? Kenapa nggak bilang – bilang dulu kalo udah nyampe!”
“Gue keburu kangen” tanpa ba-bi-bu langsung saja Pras mencium Nisya. Sontak Nisya tak mampu berbuat apa pun selain menikmati ciuman Pras di pipinya.
“Ayo ah, kita jalan.”
“Kemana?”
“Pokoknya yang penting bisa pergi berduaan sama kamu sayang.”
“Oke, ayo cepetan.”
“Bawa motor apa mobil?”
“Motor.”
“Asyikk..”
Mereka berdua pun turun dan menuju motor Pras yang di parkir tak jauh dari apartemen. Dan segera meninggalkan apartemen Ririn. Di tengah perjalanan, tiba – tiba Pras menghentikan motornya. Dengan bimbang Nisya pun bertanya kenapa, tapi Pras hanya diam dan tak mengeluarkan jawaban dari mulutnya.
“Pras?” Ulang Nisya.
“Sayang, turun dulu.” Pinta Pras tanpa menoleh. Suaranya yang dingin membuat Nisya sedikit begidik merinding. Tiba – tiba berhenti di tengah jalan dan memintanya turun dari boncengan motor milik Pras.

 @@@@@@@ bersambung @Flow#2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Punik (Pelajaran Unik) #1 = belajar dari seekor lalat

BELAJAR DARI SEEKOR LALAT Sabda Rasulullah saw : “Jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, lalu keluarkan, sungguh disalah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sebelah sayap lainnya kesembuhan” (Shahih Bukhari) Yang kita bahas disini, bahwa hal ini bukanlah seekor lalat jatuh di gelas dan harus dibenamkan, karena hubungan lebih jauh dari hadits ini bukan perintah, tetapi merupakan suatu hal yang bisa menetralisir air itu dari racun lalat. Hal ini dibuktikan oleh para ilmuwan kita, Sebagaimana mereka mempelajari daripada serangga – serangga yang ada dibumi. Mereka menemukan dahsyatnya dan kehebatan serangga – serangga yang menakjubkan bahwa lalat itu mengepakkan sayapnya sebanyak 200 hingga 400X setiap detiknya. Dan setiap detik ia menggerakkan sayapnya 200 hingga 400X gerakan. Dan juga pada satu hewan yang disebut “Ganjur” bahkan sampai mengepakkan sayapnya 1000X setiap detiknya. Para ilmuwan mempelajari 4 jenis serangga, mereka mendalaminya dan dika...

Aku Bukanlah Kembang Terindah

Tuhan, mungkin aku bukanlah kembang terindah di jajaran kembang - kembang itu aku tahu, bahkan sangat tahu jikalau aku bukanlah layaknya kembang yang indah yang tengah bermekaran di taman - taman nan asri, aku hanyalah sebuah kembang, yang kecil, mungil, bahkan hampir terbuang dari kalangannya, mungkin memang telah terbuang dengan kesia - siaan selama ini namun, hanya saja akulah kembang yang masih tetap bertahan walaupun panas badai ombak menerjangku, menghancurkanku, bahkan mematahkan sendi - sendiku, aku bukanlah kembang yang dicari setiap kumbang, bukan pula kembang yang menarik perhatian sang kumbang karena aku tahu aku hanyalah kembang, hanya kembang yang bahkan tak tahu apa yang indah pada diriku, namun, yang aku tahu hanyalah satu hal, aku adalah kembang yang siap dan tengah menunggumu bukan untuk memungutku namun untuk merawatku, mencintaiku, hingga aku mampu menghiasi setiap sudut dan setiap inchinya dirimu, walaupun aku bukanlah kembang yang dapat dibangga -...

puisi2

rindu aku rindu, rindu akan derup langkah malaikat sang pencabut nyawa yang masih menunggu di altar kahidupan, sayup-sayup suara terompet kehancuran, aku terdesak dalam senyum, menanti sang malaikat turun, menyambut dengan hangat di pelukannya tuk melepaskan semua penat dalam jiwa yang terlintar diantara amonia hidup dan sandiwara aminor plus minus rasa, hilang merajut di altar hidup dan serambi galau relung kerinduan yang tak pernah berujung, lembut dekapannya membelenggu jiwa yang haus akan kasih sayang jika... jika langit masih kelam, tertunduk aku dalam lamunan, ku rias wajah sang malam, manuai hari penuh impian, wahai jiwa sang malam, menyapu sedih dukaku terasa, terhimpit dalam kesendirian, menanti luka itu menganga, air mata berjatuhan diatas darah yang mengalir deras, pelangi masih kelabu tak berbentuk, jiwa yang rapuh terniang wajah sang insan, duhai pujangga, uraikan di sela-sela jari hidupnya. senyum menghias langkah ...