Langsung ke konten utama

Silver Phoenix

Silver Phoenix
Cindy Pon @ 2009
Maria Lubis (Terj.)
Mahda Books, Cet. I - Desember 2009
391 Hal.

Adat istiadat di Cina jaman baheula, setiap anak perempuan yang (dianggap) sudah gadis, akan segera dijodohkan untuk kemudian dinikahkan. Demikian juga dengan Ai Ling, di usianya yang ke-17, ibunya memberikan sebuah buku berjudul ‘Buku tentang Penyatuan Dua Sejoli’ – yang berisikan dengan hubungan pria dan wanita. Tidak seperti gadis-gadis lainnya, yang penurut, Ai Ling termasuk anak yang keras kemauannya. Orang tua Ai Ling tidak terlalu kolot. Mereka mengijinkan Ai Ling belajar, sehingga pikirannya lebih terbuka. Tapi, tetap saja, tradisi adalah tradisi – Ai Ling harus tetap menjalankan yang namanya perjodohan.

Waktunya tiba. Tanpa Ai Ling sadari sebelumnya, ternyata ia bisa mendengar apa yang ada di benak calon ibu mertuanya. Perjodohan itu sendiri gagal. Ai Ling tidak sedih karena gagal, tapi ia sedih karena dampak buruk yang akan diterima orang tuanya.

Ternyata kegagalan perjodohan itu membawa Ai Ling pada sebuah petualangan tak terduga dan penuh bahaya. Ayah Ai Ling pergi untuk menunaikan tugas negara. Tapi, sampai beberapa bulan, ayahnya tak juga pulang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh seorang laki-laki bernama Master Huang yang hendak menjadikan Ai Ling sebagai istrinya dengan dalih untuk membayar hutang-hutang ayah Ai Ling. Namun, Ai Ling tidak percaya dan memilih pergi dari rumah untuk mencari ayahnya.

Dari awal perjalanannya, Ai Ling bertemu berbagai makhluk aneh yang selama ini ia ketahui dari membaca ‘Buku Kematian’ – buku yang dibaca Ai Ling diam-diam, tanpa sepengetahuan ayahnya. Makhluk-makhluk aneh yang berbeda terus mengikuti Ai Ling sepanjang perjalanan menuju Istana Mimpi-Mimpi yang Harum. Beruntung di tengah jalan, Ai Ling bertemu dengan Cheng Yon, pemuda yang juga dalam pengembaraan mencari jejak orang tuanya, dan kemudian bertemu juga dengan Li Rong, adik Cheng Yon.

Meskipun mendapatkan berkat dari seorang pendeta, tetap saja, makhluk berbahaya dan mematikan terus mengincar mereka. Ternyata, seorang perempuan yang cemburu, mengirim makhluk-makhluk itu untuk membunuh Ai Ling. Tak disangka-sangka, Ai Ling adalah reinkarnasi dari perempuan pujaan penasihat Kaisar bernama Zhong Ye, yang begitu terobsesi pada Silver Phoenix. Ai Ling tidak hanya harus membebaskan ayahnya, tapi juga harus berhadapan dengan Zhong Ye.

Gak hanya orang tua Ai Ling yang punya rahasia, tapi Cheng Yong sendiri juga penuh misteri yang bikin Ai Ling penasaran… ehemmm…

Khas buku fantasi, ada naga, ada makhluk-makhluk aneh, ditambah lagi kekhasan negeri Cina yang penuh persembahan dan dewa-dewi, makanan eksotis dari negeri Cina yang menemani Ai Ling dan Cheng Yong membuat gue terbayang-bayang masakan Cina. Yummm… Tadinya gue pikir ini buku fantasi remaja, tapi ternyata… agak dewasa sedikit meskipun tokoh-tokohnya masih sangat muda.

Sebenernya sih, banyak banget yang seharusnya bikin deg-degan dengan seringnya Ai Ling ketemu sama makhluk aneh, terus, suku-suku aneh yang (kata Cheng Yong) ada di Buku Negeri-Negeri di Atas, atau dewa-dewi yang ada dalam Makhluk Abadi. Cuma… kenapa yang, koq gak tegang-tegang banget baca buku ini? Padahal perjalanan Ai Ling berat banget, ceritanya mengalir tenang dan agak kurang greget (apa gue aja yang gak dapet ‘feel’-nya?)

http://lemari-buku-ku.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Punik (Pelajaran Unik) #1 = belajar dari seekor lalat

BELAJAR DARI SEEKOR LALAT Sabda Rasulullah saw : “Jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, lalu keluarkan, sungguh disalah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sebelah sayap lainnya kesembuhan” (Shahih Bukhari) Yang kita bahas disini, bahwa hal ini bukanlah seekor lalat jatuh di gelas dan harus dibenamkan, karena hubungan lebih jauh dari hadits ini bukan perintah, tetapi merupakan suatu hal yang bisa menetralisir air itu dari racun lalat. Hal ini dibuktikan oleh para ilmuwan kita, Sebagaimana mereka mempelajari daripada serangga – serangga yang ada dibumi. Mereka menemukan dahsyatnya dan kehebatan serangga – serangga yang menakjubkan bahwa lalat itu mengepakkan sayapnya sebanyak 200 hingga 400X setiap detiknya. Dan setiap detik ia menggerakkan sayapnya 200 hingga 400X gerakan. Dan juga pada satu hewan yang disebut “Ganjur” bahkan sampai mengepakkan sayapnya 1000X setiap detiknya. Para ilmuwan mempelajari 4 jenis serangga, mereka mendalaminya dan dika...

Aku Bukanlah Kembang Terindah

Tuhan, mungkin aku bukanlah kembang terindah di jajaran kembang - kembang itu aku tahu, bahkan sangat tahu jikalau aku bukanlah layaknya kembang yang indah yang tengah bermekaran di taman - taman nan asri, aku hanyalah sebuah kembang, yang kecil, mungil, bahkan hampir terbuang dari kalangannya, mungkin memang telah terbuang dengan kesia - siaan selama ini namun, hanya saja akulah kembang yang masih tetap bertahan walaupun panas badai ombak menerjangku, menghancurkanku, bahkan mematahkan sendi - sendiku, aku bukanlah kembang yang dicari setiap kumbang, bukan pula kembang yang menarik perhatian sang kumbang karena aku tahu aku hanyalah kembang, hanya kembang yang bahkan tak tahu apa yang indah pada diriku, namun, yang aku tahu hanyalah satu hal, aku adalah kembang yang siap dan tengah menunggumu bukan untuk memungutku namun untuk merawatku, mencintaiku, hingga aku mampu menghiasi setiap sudut dan setiap inchinya dirimu, walaupun aku bukanlah kembang yang dapat dibangga -...

puisi2

rindu aku rindu, rindu akan derup langkah malaikat sang pencabut nyawa yang masih menunggu di altar kahidupan, sayup-sayup suara terompet kehancuran, aku terdesak dalam senyum, menanti sang malaikat turun, menyambut dengan hangat di pelukannya tuk melepaskan semua penat dalam jiwa yang terlintar diantara amonia hidup dan sandiwara aminor plus minus rasa, hilang merajut di altar hidup dan serambi galau relung kerinduan yang tak pernah berujung, lembut dekapannya membelenggu jiwa yang haus akan kasih sayang jika... jika langit masih kelam, tertunduk aku dalam lamunan, ku rias wajah sang malam, manuai hari penuh impian, wahai jiwa sang malam, menyapu sedih dukaku terasa, terhimpit dalam kesendirian, menanti luka itu menganga, air mata berjatuhan diatas darah yang mengalir deras, pelangi masih kelabu tak berbentuk, jiwa yang rapuh terniang wajah sang insan, duhai pujangga, uraikan di sela-sela jari hidupnya. senyum menghias langkah ...